Kehadiran mereka adalah untuk menyemarakkan festival budaya setempat yang disebut ‘dian zi hua che.’ Dalam festival itu, ada sederet mobil bak terbuka berbagai bentuk, mulai kincir angin sampai naga, yang dihias dengan lampu warna-warni dan siap diberangkatkan seperti karnaval.
Para penari seksi berjoget di atas truk-truk itu.
Seperti tradisi pentas dangdut keliling di Indonesia.
Tradisi itu sudah ada sejak 1970-an, dan dianggap sebagai refleksi dari budaya dan cerita rakyat setempat. Ada percampuran unik antara unsur bumi dan spiritual dalam tradisi itu.
Penampilan itu lantas dibalut warna-warni ceria, yang menjadi cara terbaik menarik perhatian dan menciptakan keramaian. Namun sebagian mengkritiknya karena terlalu vulgar.
Mereka masih sering disaksikan, bahkan di kegiatan-kegiatan yang digelar di pemakaman.
Kini, Taiwan seperti ingin mengenang tradisi mereka melalui acara Taiwan Colour Stage Fest. Sudah dua tahun berturut-turut acara itu diadakan, bahkan dilangsungkan di ibu kota.
Terdapat sekitar 22 truk dengan para penari yang berliuk ditemani lagu pop di dekat gedung pencakar langit terkenal Taipei 101. Mengutip AFP, kerumunan pun tampak menikmati jajanan dan minuman gratis di sekitarnya. Hujan yang mengguyur pun tak dipedulikan.
Wang meyakinkan tidak ada aksi buka busana dalam ajang itu. Para penari, meski gerakannya seksi dan menggoda seperti pole dancers, diinstruksikan untuk memakai busana tertutup.
No comments:
Post a Comment