Perseteruan mereka sudah terjadi sejak sekitar 2015 silam dengan saling serang baik lewa media maupun karya. Terakhir, Perry ‘menyerang' Swift lewat lagu Swish Swish.
Dalam sebuah wawancara dengan Arianna Huffington, Perry menyebut ia telah memaafkan Swift.
Ia juga meminta maaf atas segala yang pernah dilakukan dan berharap Swift melakukan hal yang sama. Lebih dari itu, ia ingin bisa kembali bersama Swift, sebagai sahabat atau musisi.
Padahal sebelumnya, dalam wawancara dengan James Corden, Perry denan tegas menyebutkan bahwa Swish Swish adalah upaya 'balas dendam' atas perlakuan Swift, mulai dari menolak menerima panggilan telponnya hingga lagu Bad Blood yang disebut bercerita tentang Perry.
Dalam wawancara dengan NME pun, Perry menyebut Swish Swish adalah bentuk sakit hatinya terhadap Swift.
Lantas mengapa mendadak Perry berubah pikiran?
Lagu Swish Swish disambut hangat di pasar begitu dirilis dan Perry pun yakin, album Witness yang dia rilis pada Jumat (9/6) akan sukses.
Namun upaya 'balas dendam' Perry itu rupanya membuat Swift kembali bertindak. Tidak dalam bentuk lagu.
Kali ini Swift mengumumkan, dia membuka akses streaming atas karya-karyanya yang selama selama tiga tahun terakhir tidak dapat dinikmati secara gratis layanan musik daring.
Satu langkah licik, atau mungkin bisa disebut langkah yang pintar, meski Swift berdalih keputusan itu merupakan bentuk apresiasi dan perayaan kesuksesan album 1989.
Strategi Swift itu telak mengenai Perry karena akses streaming atas lagu-lagunya dibuka pada hari yang sama dengan rilis album Witness.
Sebelumnya, Perry berupaya habis-habisan dalam mempromosikan album Witness. Mulai dari wawancara eksklusif dengan berbagai media, menjadi instalasi dalam museum kerja sama dengan Vanity Fair, sampai promosi di media sosial seperti Instagram.
Musik dua rival ini pun bersaing dan pasar yang menentukan.
Di luar dugaan, pembukaan ‘keran' akses Swift ternyata berdampak pada perolehan keuntungan Perry.
Senjata Perry promosi habis-habisan jelang rilis album seolah ‘tumpul’, ditebas oleh langkah Swift memutuskan membuka akses streaming terhadap lima albumnya.
Setidaknya 80 juta Swifties berbondong-bondong menuju Spotify, layanan musik daring.
Hal ini terlihat dari catatan dari Consequence of Sound tentang perbandingan streaming antara album 1989 dan Witness pada Jumat (9/6) di Spotify.
Data menunjukkan, 1989 unggul tipis sekitar 500 ribu streaming dibandingkan Witness. Album itu diakses lebih dari 1,6 juta kali, sementara Witness hanya didengar 1,1 juta kali.
Bila menelisik berdasarkan jumlah lagu yang masuk ke tangga lagu Spotify pada Jumat (9/6), jumlah lagu Swift pun jauh lebih banyak dibanding lagu dalam Witness.
Consequence of Sound mencatat ada 10 lagu Swift yang masuk tangga lagu Spotify. Yang tertinggi adalah Blank Space di posisi ke-82. Swish Swish memang menjadi andalan Perry dan bercokol di posisi 52.
Namun Swish Swish hanya satu dari lima lagu Perry di Witness yang masuk tangga lagu Spotify. Padahal, sekali lagi, ada rentang tiga tahun di dua lagu itu.
Meski tidak diketahui jumlah total aktivitas streaming dari lagu-lagu tersebut, perbandingan jumlah lagu Swift dan Perry di hari itu sudah menunjukkan promosi sang pelantun Roar yang ternyata ‘tersalip' oleh sang pelantun Bad Blood.
Taylor Swift membuka 'keran' akses layanan streaming ke lagu-lagunya dan mengalahkan perolehan album Katy Perry. (REUTERS/Mario Anzuoni) |
Sehingga, dilihat dari segi strategi pemasaran, permintaan maaf Perry kepada Swift bisa meningkatkan citra 'baik' dan pengalihan isu atas kisah 'senjata makan tuannya.’
Namun bila sebenarnya kedua penyanyi itu memilih menyudahi dramanya lebih awal, mungkin Witness akan lebih dapat diterima sebagai karya, alih-alih sekadar senjata untuk balas dendam yang kemudian memakan tuannya sendiri. (rsa/yns)
No comments:
Post a Comment