Mereka bahkan mengaku ikut terinspirasi dan memetik pelajaran lewat film yang dimainkan itu. Dua bintang film kenamaan Indonesia, Lukman Sardi dan Bunga Citra Lestari menyebut film itu berdampak dalam kehidupan.
Lukman Sardi pernah bermain dalam film biopik berlatarbelakang kebudayaan agama Islam karya Hanung Bramantyo, Sang Pencerah.
Dalam film itu Lukman berperan sebagai KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah yang punya misi membawa pembaruan bagi masyarakat muslim agar berpikir sesuai tuntunan Islam.
"Buat saya pasti ada pengaruhnya. Enggak mungkin enggak, walaupun mau berubahnya seberapa," kata Lukman kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Meski demikian, aktor kelahiran 1971 itu tak hanya mendapatkan pelajaran dari film bernuansa Islam yang dibintanginya saja. Alih-alih, ia mengaku juga mengambil sisi positif dari film-film lain yang digarapnya.
"Sama, mau syuting apa saja, yang baik diambil dan yang buruk ditinggakan. Sebenarnya konsepnya lebih seperti itu di film apa pun," tutur pria yang pernah menyabet penghargaan Pemeran Utama Pria Terpuji Festival Film Bandung 2011 berkat aktingnya di Sang Pencerah.
Serupa dengan Lukman, Bunga Citra Lestari juga mengaku mengambil pelajaran berharga dari film yang dilakoninya. Dia memerankan tokoh wanita utama dalam film Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea yang tayang tahun lalu. Film itu merupakan hasil arahan sutradara Guntur Soeharjanto.
"Saya rasa apa pun yang dilakukan tidak tergantung filmnya apa. Cuma banyak dapat masukan dan pelajaran saja," kata Bunga beberapa waktu lalu.
Dalam film ini, Bunga memerankan sosok Rania, seorang penulis yang gemar traveling. Dia menjelajah hingga ke Korea Selatan. Film itu memotret kisah religius Rania yang beradu akting dengan Morgan Oey dan Giring Ganesha.
Baik Bunga atau Lukman sama-sama menilai film bernuansa religi tak jauh berbeda dengan film lain. Perbedaannya hanya terletak dari skrip yang dimainkan.
Pandangan Bunga dan Lukman pun diamini oleh sutradara Hanung Bramantyo. Ia menyebut pembuatan film bernuansa religi sebenarnya sama halnya dengan penggarapan film berlatarbelakang roti. Menurutnya, keduanya sama-sama memerlukan riset mengenai latar belakang masing-masing.
"Sama saja sebetulnya kalau membuat film dengan latar belakang roti. Harus tahu bagaimana roti itu dibuat," ujar Hanung.
No comments:
Post a Comment